Dua piring ayam panggang

Tuan bertopi dan berjubah merah keluar dari ruangan dengan muka masam setelah memberi beberapa instruksi kepada dua koki barunya. Kehilangan dua piring ayam panggang di saat perjamuan makan malam keluarga Van Der Zart merupakan bencana besar. Statusnya sebagai kepala pelayan dipertaruhkan. 

Keluarga Van Der Zart terkenal sebagai keluarga yang disiplin dan perfeksionis. Anastasia, putri mereka satu-satunya, tidak suka bila keinginannya tidak terpenuhi. Tuan dan nyonya Van Der Vart, yang memanjakannya sejak kecil, mengupayakan segala cara untuk memenuhi keinginan putrinya. Hari ini, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-15, ia meminta 15 piring ayam panggang hadir di atas meja saat perjamuan makan malam. Sayangnya, tepat 15 menit sebelum perjamuan dimulai, dua piring ayam panggang lenyap dari dapur.



Van Bomel, tuan bertopi dan berjubah merah, kepala pelayan baru keluarga Van Der Zart, keluar dari dapur dengan muka masam, tertunduk lesu, langsung menghampiri kursi tempat Anastasia duduk dan berlutut. Perlahan namun tegas, ia mengutarakan fakta itu.

"Nona Anastasia, maafkan hamba yang teledor. Hamba pantas dihukum. Hamba tidak mampu menyediakan permintaan 15 piring ayam panggang. Dua piring ayam baru saja hilang sewaktu hamba mengeluarkan hidangan pembuka."

Sepasang mata mungil membelalak seketika. Wajah cantik yang dipoles bedak berubah menjadi merah.

"Maksud kamu apa? Kamu tidak sanggup memenuhi permintaanku? Hanya 15 piring ayam panggang saja tidak bisa? Kamu ingin diusir dari sini?"

Gaun hijau sutra panjangnya melambai ketika Anastasia bangkit dari kursinya. Kepalan tangannya yang gemetar menandakan ia sangat marah. Melihat hal itu, tuan dan nyonya Van Der Zart datang menghampiri, memegang pundak putrinya.

"Anastasia, tenang, mungkin kita bisa membeli dua piring lainnya di toko makanan di pinggir desa. Ayah akan menyuruh pelayan untuk membelinya.."

"Tidak, ayah, tidak! Aku tidak ingin membeli ayam panggang di toko itu. Apa kata teman-temanku bila mereka melihat pelayan keluarga Van Der Zart membeli ayam panggang di toko makanan murahan. Aku tidak mau!"

Pintu ruang makan berderit terbuka. Suaranya sempat mengisi kekosongan sejenak yang terjadi saat Anastasia memeluk ibunya. Sosok pemuda gagah, dengan tinggi hampir 180 cm muncul di tengah ruangan. Ia memakai kaos dibalut selendang sutra yang diikatkan di pinggang. Celananya kotor. Beberapa noda makanan muncul di sekitar pahanya. Ia menggenggam dua kantong kuning, yang mengeluarkan aroma lezat.

"Bernard! Apa yang kau lakukan di rumahku? Mengapa..mengapa..mengapa kau begitu kotor?

Wajah Anastasia terbelalak melihat pria dambaan hatinya, putra sulung bangsawan Louis Lemme, muncul tiba-tiba di ruangannya. Seketika semua mata tertuju pada sosok tampan itu.

"Aku sengaja datang untuk memberikan kejutan di hari ulang tahunmu. Aku mendengar kabar dari pelayanmu bahwa kau meminta mereka menyiapkan 15 piring ayam panggang. Aku ingin membuat harimu spesial."

Masih tertegun, Anastasia merapihkan rambut dan gaunnya secepat mungkin dengan cara yang menurutnya anggun. Senyum mungil muncul di wajahnya. Kedua orang tuanya masih berdiri di sampingnya, berjaga-jaga kalau tiba-tiba putrinya emosi kembali.

"Aku mendapat ide untuk menyusup ke dapurmu. Menyembunyikan dua piring ayam panggang, dan memberikannya padamu di detik detik terakhir. Namun tak kusangka, peringaimu sangat buruk."

Senyuman mungil di wajahnya lenyap. Bagai pencuri yang tertangkap basah, Anastasia panik dan pucat seketika.

"Tapi, tapi, tadi aku tidak sengaja.. Ini bukan salahku.."

Anastasia berusaha memperbaiki image-nya di hadapan pemuda itu. Keringat membasahi wajahnya karena panik. 

"Jujur aku belum terlalu mengenalmu. Aku kira kau lemah lembut, ramah, baik hati, seperti yang tercermin dalam foto yang kau kirimkan padaku sebagai balasan suratku. Namun ternyata tidak. Maaf. Ini aku kembalikan makananmu yang hilang. Aku rasa aku tidak memiliki kepentingan lain lagi disini. Maaf aku merusak semuanya. Maafkan aku Van Bomel, maafkan aku Tuan, Nyonya."

Pintu berderit menutup. Tidak ada yang bisa dilakukan Anastasia selain tertegun meratapi kepergian Bernard. Ekspresi menyesal muncul di wajahnya. Air mata mengalir membasahi pipinya. Cinta dan harapannya hancur bahkan ketika kisahnya belum dimulai. Pelajaran. Pelajaran yang sangat berharga didapatkannya hari ini, dari dua piring ayam panggang.

Komentar

Postingan Populer