Ibu, maafkan aku..

"Nara, kamu dimana?" 

Sms dari ibuku masuk. Oh, tidak. Waktu baru menunjukan pukul 10 malam. Dan ibu, sudah mengirimkan pesan padaku. Kesal. Ku banting handphone-ku ke jok belakang.

"Kamu kenapa? Itu sms siapa?"

Dimas menunjukan wajah khawatir melihat tingkah lakuku.

"Itu ibu. Nanyain lagi dimana. Aku sebel deh. Aku kan bukan anak-anak lagi. Masak baru jam 10 ibu udah cerewet nanyain dimana sih. Gerah tau digituin. Nyebelin." 

Semua emosiku tumpah. Setetes air mata pun jatuh karena kesalnya.

"Kamu ngga boleh gitu. Itu tandanya ibu khawatir sama kamu. Udah dibales smsnya? Kasih tau kalo tadi mobil aku mogok, jadi agak lama."

Dimas mengalihkan tangannya dari stir mobil dan meraih handphone-ku yang tergeletak di jok belakang. Saat itu lampu merah menyala, memungkinkan dia memundurkan sejenak jok yang ia duduki untuk meraih handphone-ku.

"Nih, sana, bales dulu."

Dimas menyodorkan handphone-ku padaku.

"Ngga, aku ngga mau bales"

Aku mengambil tissue dan menyeka air mataku. Alih-alih membalas sms aku malah mengambil cermin mungilku di tas dan mengoleskan kembali maskara yang sempat luntur.

"Ih, kamu kok gitu sih! Yaudah, aku yang balas"

Kalimat "Nara sama Dimas masih di Pondok Indah, bu. Kenapa?" pun diketikan Dimas dan dikirimkan ke nomor ibuku. Sekitar dua menit kemudian sms masuk. Dan, berhubng aku tidak mau membukanya, Dimas yang membacakannya untukku.

"Ini bukan ibu, Nara. Ini bapak. Kamu cepat ke RS Harapan Kita yah, ibu masuk RS, tadi jatuh di kamar mandi." 

Suara Dimas yang membacakan sms itu terngiang ngiang di kepalaku. Sepanjang perjalanan menuju RS Harapan Kita air mataku mengalir deras. Maskara yang luntur pun tidak aku pedulikan. Tiga kalimat yang keluar dari mulutku dengan lirihnya dan tak berhenti kuucapkan.. "Ibu, maafkan aku. Aku menyayangimu. Tuhan, selamatkan dia."


Komentar

Postingan Populer