Charles


Wanita itu mengibaskan rambutnya. Sesekali merapikan poni. Duduknya pun terlihat sangat hati-hati. Bibirnya yang berkilau menunjukkan betapa seringnya ia memulaskan lipgloss. "Aku harus terlihat cantik di depannya" gumamnya lirih. Pelayan cafe datang menghampiri "Permisi, Nona, apakah Anda ingin memesan sesuatu?" "Tidak, terima kasih, nanti saja kalau teman saya datang." Sudah hampir 30 menit ia menunggu di cafe itu. Namun, belum ada tanda-tanda kehadiran orang yang dinantinya. Ia membuka tasnya, mengambil bedak, dan memulaskan kembali ke wajahnya. Tiba-tiba handphonenya berdering.

"Ya, hallo?"

"Hai Miranda, apakah kamu sudah ada di cafe itu?"

"Ya, Charles, kebetulan tadi aku sekalian belanja di mini market dekat cafe, jadi datang lebih dulu" elaknya, tidak mau ketahuan bahwa ia gugup sehinngga datang terlalu awal.

"Baiklah kalau begitu. Aku sedang mencari tempat parkir. Aku akan masuk dalam 5 menit"

"Oke, aku tung..."
tut, tut, tut, telpon sudah dimatikan.

Miranda terlihat lebih gugup dari sebelumnya. Berkali-kali ia membenarkan tatanan rambut, yang sebenarnya tidak berantakan sama sekali. Bibirnya yang sudah mengilap pun kembali diolesi lipgloss.

"Ah, itu dia Charles". Ia memang selalu terlihat tampan dan lebih segar dengan polo shirt merah favoritnya dan jeans. "Charles, kau memang pantas menjadi pendampingku" gumamnya dalam hati.

"Hai Miranda, maaf membuatmu menunggu lama" ujarnya ramah.
"Ah, tidak masalah Charles. Aku senang sekali kau undang makan siang bersama" ucap Miranda seanggun mungkin.

"Oh, ya, Miranda, kenalkan, ini istriku"

Komentar

Postingan Populer