Tas Merah dan Sepatu Baru

=saat ini=

Tas merahku tergeletak tak berdaya di pojok tempat tidur. Warnanya agak pudar, ada sedikit noda di bagian atas kirinya. Kancing, yang awalnya merupakan perwakilan dari mata beruang, sudah hilang sebelah. Agak berdebu, menunjukkan bahwa tas itu sudah diabaikan sejak lama.

=empat bulan yang lalu, di sebuah pertokoan=


"Mah, aku mau tas merah. Teman-temanku di kelas semuanya mengenakan tas merah. Mau seperti Sandra, Bella, Rissa. Mau seperti mereka, mah!" rengekku di sepanjang perjalanan menuju kasir.
"Tapi Indira, bukankah seminggu yang lalu kamu dibelikan tas oleh ayah? Tas itu masih bagus, kan?" protes ibuku. Barang bawaannya yang banyak menenggelamkan wajahnya, hanya suaranya yang dapat kudengar.
"Ih, mama, kalau ngga pake tas itu, berarti aku ngga gaul! Pokoknya aku mau tas itu!" desakku terus, tidak peduli berapa harga yang harus dibayar, aku terus memaksa ibuku membelikannya.
"Baiklah, baiklah, kamu jangan merengek seperti itu terus. Ini cepat kembalikan sepatu kakakmu, dan ambil tas merah itu. Uang mama tidak cukup bila harus membayar semuanya" jelas ibuku yang menyerah menghadapi sikap manjaku.

Dengan segera aku mengambil sepatu dari tumpukan barang belanjaan ibuku, mengembalikannya di rak sepatu, dan meraih tas merah incaranku.

=saat ini=

"Kak, bolehkah aku meminjam tasmu? Tas hijaumu keren sekali. Aku ingin memakainya untuk sekolah besok" ujarku saat tiba di kamar kakakku.
"Yah, pakailah Indira. Aku akan pakai tas yang lain. Memangnya kenapa dengan tas merahmu?" tanya kakakku. Ia berusaha keras memasukkan kaki ke sepatu yang tampak kekecilan sambil bersandar di lemari pakaian.
"Aku sudah bosan, kak. Bahkan aku lupa menaruhnya dimana" ujarku santai sambil beranjak ke meja belajar dimana tas hijau kakakku tergeletak.
"Awww... sempit sekali sepatu ini" rintih kakakku pelan.
"Kakak kenapa tidak minta dibelikan mama sepatu baru? Itu sepertinya sudah sangat kekecilan" aku berhenti sebentar memerhatikan kakakku.
"Mama bilang, uangnya tidak cukup untuk membeli sepatu baru. Jatah uang sepatu sudah dibelikan barang lain, yang katanya lebih mendesak. Biarlah, nanti kakak cari uang sendiri saja untuk membeli sepatu yang baru. Kasihan mama"

Mendengar perkataan kakakku, aku langsung terdiam.

Komentar

Postingan Populer